Pelatih Tim Nasional Sepak Bola U-23 Gerald Vanenburg (kanan) berbincang dengan pelatih Tim Nasional Sepak Bola U-20 Frank van Kempen (tengah) dan penasihat Teknis Timnas Indonesia Johan Cruyff (kiri) saat sesi latihan di Stadion Gelora 10 November, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (2/9/2025). Latihan tersebut digelar sebagai persiapan Kualifikasi AFC U-23 Asian Cup 2026 yang diikuti Indonesia, Laos, Macau, dan Korea Selatan pada 3-9 September mendatang di Sidoarjo. ANTARA FOTO/Umarul Faruq/nz
Saya tahu Korea Selatan, memiliki tim yang sangat bagus. Tapi kita juga bisa kalah di pertandingan pertama melawan lawan atau orang-orang berpikir mereka tidak sekuat itu
Surabaya (ANTARA) – Pelatih timnas U-23 Indonesia Gerald Vanenburg tak boleh coba-coba strategi lagi dalam babak Kualifikasi Piala Asia U-23 2026 Grup J yang dimulai Rabu (3/9) di Stadion Gelora Delta Sidoarjo.
Vanenburg telah mencoba berbagai variasi permainan pada turnamen pertamanya, saat membawa Garuda Muda menjadi runner-up dalam Kejuaraan ASEAN U-23 2025 di Jakarta pada Juli lalu.
Dalam turnamen itu, dari lima laga yang dijalani, Vanenburg tak pernah menurunkan susunan pemain starter yang sama. Ia selalu mengubah-ubah 11 pertamanya, dengan hanya empat pemain yang selalu turun sejak menit awal pada turnamen itu. Dia adalah Robi Darwis, Dony Tri Pamungkas, Rahmat Arjuna, dan Rayhan Hannan.
Belum ada pakem permainan yang cocok untuk Garuda Muda di turnamen itu, sehingga dari lima pertandingan, hanya melawan Brunei Darussalam, Indonesia tampil mengesankan karena menang 8-0. Meski demikian, laga itu juga tak bisa dibilang 100 persen menggembirakan karena terlepas dari gelontoran gol, permainan Indonesia mengalami penurunan di babak kedua setelah hanya mampu mencetak satu gol dari sebelumnya tujuh gol di babak pertama.
"Gap antara babak pertama dan kedua memang terlalu tinggi, jadi kami harus berupaya dalam latihan supaya ke depannya tidak terlalu jomplang,” kata pelatih asal Belanda tersebut setelah pertandingan melawan Brunei waktu itu.
Setelah laga itu, Indonesia hanya bisa mencetak dua gol pada empat laga setelahnya. Itu pun satu dari gol bunuh diri dan satunya lagi dicetak oleh Jens Raven, melalui skema bola mati dari tendangan sudut. Dalam arti lain, tak ada lagi gol yang dicetak Indonesia dalam skema open play atau permainan terbuka.
Selain soal tumpulnya serangan Garuda, Vanenburg juga hobi menempatkan para pemainnya di luar posisi aslinya di Kejuaraan ASEAN U-23. Sebut saja Dony Tri (bek sayap kiri) pernah ditempatkan sebagai gelandang serang, lalu Brandon Scheunemann (bek tengah) sebagai gelandang, Hokky Caraka (striker) sebagai pemain sayap yang bermain melebar, hingga Muhammad Ferarri (bek tengah) sebagai striker.
Itu semua dilakukan Vanenburg karena dia tak punya banyak waktu memahami kualitas anak-anak asuhnya.
Hal positifnya, apa yang dilakukan Vanenburg di Kejuaraan ASEAN U-23 dapat sangat berguna untuk membantu dia menemukan komposisi yang tepat di skuadnya, demi membentuk permainan terbaik di turnamen lebih bergengsi, seperti Piala Asia U-23 2026 yang babak kualifikasinya dimulai pada hari ini.
Dalam jumpa pers di Surabaya, Selasa, pelatih yang merupakan pemenang Piala Eropa 1988 itu tak menyesali hasil di Kejuaraan ASEAN U-23, saat timnya dikalahkan Vietnam pada laga final yang membawa gelar ketiga beruntun bagi tim berjuluk The Golden Star Warriors tersebut.
"Satu-satunya cara yang perlu dilakukan adalah belajar dari kesalahan yang telah Anda buat," kata dia.
Baca juga: Dimulai Rabu, ini jadwal lengkap laga pertama timnas U-23 Indonesia
123Tampilkan Semua
Editor: Dadan Ramdani Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.